Selasa, 23 September 2008

Tulisan Lepasku



Rumahku Surga dan Rumah Mantan Bupati Kolaka

Rumah mantan Bupati Kolaka Drs.H.Adel Berty Msi yang pernah berkuasa selama dua periode kini tak lagi dihuni oleh pemiliknya.Dahulu sebelum kasus dugaan korupsi APBD 2003-2004 terbongkar di meja aparat hukum rumah ini terbilang bangunan yang cukup mewah di Kabupaten Kolaka.Terletak di pesisir pantai Kolaka.

Pemandangan di luar rumah ini terlihat tak begitu terawat lagi.Pagar yang kokoh kini telah dipenuhi tumbuhan rumput liar dan temboknya Nampak berlumut,pagar yang terbuat dari besinya pun mulai berkarat.

Di rumah inilah Adel Berty bersama keluarganya tinggal dan mengahabiskan waktunya dengan segala fasilitas yang serba berkecukupan.Termasuk beberapa unit mobil mewah terparkir dihalaman rumah ini. Namun kini rumah beserta fasilitas yang ada di dalamnya tak lagi berguna,bahkan beberapa kaca jendelanya telah hilang dicuri oleh orang.

Yang pasti rumah ini telah menjadi saksi sekaligus monummen yang tak pernah hilang dalam ingatan masyarakat Kolaka, bahwa kesalahan yang dilakukan mantan Adel Berty selaku penguasa di Kolaka yang didakwa melakukan tindak pidana korupsi uang Negara dapat menjadi pelajaran bagi pejabat Negara yang berkuasa.

Adel Berty sendiri harus menjalani hari-hari kelamnya di lembaga Pemasyarakatan Kolaka di Balandete bersama para narapida yang terkait masalah hukum di Kolaka Sementara keluarganya sendiri terpaksa harus mengontrak rumah di jalan masuk ke BTN Balandete Kolaka.

Disini Aku Menemukan Surga Kehidupan

Nampak halaman rumahku, bagi warga Kelurahan Watuliandu,Kecamatan Kolaka,Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara, tempat saya tinggal tak lagi asing, dan mudah untuk dikenali.Lantaran, satu-satunya rumah yang masih beratap rumbia dan berdindin papan lapuk dimakan usia.Kalau hujan disana-sini menetes air hujan.Bahkan kebanjiran jika hujan turun dengan derasnya.Tak jarang aku harus menguras air hujan yang meresap di balik tembok pondasi rumahku.

Meski demikian rumah yang aku tinggali bersama tiga anak,Ismul Aksan,Ahmad Alikar Mufli,Nurul Hasanah Assyahrah dan isteri saya Hasmia Hakim anak purnawiran TNI AD dan pejuang kemerdekaan RI ini tak membuat aku merasa risih dengan keadaanku sekarang.

Memang ada keinginan untuk merombak rumah peninggalan mertua itu, namun karena masih banyak kebutuhan yang lebih mendesak akhirnya niat itu urung terlaksana.Apalagi jika hanya mengandalkan gaji sebagai PNS dengan golongan yang masih rendah III/ a.

Aku sudah bermukim di rumah ini sejak aku menikah dengan bekas pacarku ini, yang terbilang cukup memahami kondisi keuangannku dan pekerjaan yang aku geluti saat ini.Sebenarnya rumah ini dapat saya rombak dengan cepat kemudian direnovasi namun saat ini rasa-rasanya belum dapat saya lakukan.Kecuali ada orang yang berbaik hati mau membantu mendanai perbaikan rumah yang damai bagiku,sekaligus surgaku.

Jika dibandingkan dengan rumah beberapa temanku di Kolaka, mereka pada umumnya masih ada yang jadi Kontraktor, alias masih tinggal di rumah kontrakan.Tapi ada juga yang rumahnya sedikit mewah.Jadi aku masih sedikit beruntung dapat tinggal di rumah peninggalan mertua tanpa harus pusing membayar uang kontrakannya.

Dirumah inilah aku merasakan nikmat kehidupan yang tak dapat di ukur dengan materi, tiga anak keturunan dan isteri yang cantik menurutku. Telah cukup untuk disyukuri karunia Tuhan kepadaku selama ini, termasuk reseki yang terus mengalir meski tidak sebanyak reski para pejabat dan pengusaha di Kolaka.

Lingkungan di Keluarah Watuliandu tempat tinggalku pun cukup bersahabat, anak saya Ismul Aksan sudah kelas III SD. Sekolahnyapun cukup dekat jaraknya dari rumah tempat tinggalnya, ditempuhnya dengan jalan kaki karena jaraknya hanya 500 meter saja. Di depan rumah berdiri bangunan kantor kelurahan Watuliandu, jadi kalau anda ingin melihat rumahku tak perlu kebingungan mencari alamatku, cukup jelas. Cukup katakan kepada panarik becak atau ojek “turunkan saya di depan kantor lurah Watuliandu ada bengkel di depannya’’ maka penarik becak atau ojek akan mengantarkan anda ke rumahku yang masih beratap rumbia.

Di dalam rumahku pun tak ada prabot yang mewah, hanya kursi tamu dan televisi ukuran 24 inci yang romote controlnya sudah rusak,vcd yang tak lagi dapat digunakan, dan kulkas yang dibeli dengan kredit lima tahun lalu,kondisinya masih bagus.Tak ada kamar tidur, yang ada hanya ruang yang disekat dengan dinding tripleks sebagai penghalang agar tak terlihat dari ruang tamu yang ukurannya sempit. Lantainya aku lapisi dengan karpet plastik agar terlihat bersih saja.(**)

1 komentar:

IRWANDEMMATADJU mengatakan...

Assalamu Alaikum WW
Kak sudah membaca Tulisan lepasmu,kak merasa terharu karena banyak persamaaan yang kita jalani kak juga tinggal di rumah pemberian mertua saat hujan dilanda banjir,yang penting disyukuri karena janji Allah SWT apabila kita mensyukuri nikmat-Nya maka akan ditambah,hidup ini indah kalau kita mau mensyukuri apa yang diberikan kepada kita.