Minggu, 02 Mei 2010

Mafia UAN dan Krisis Kepercayaan diri Peserta Didik

Mafia UAN dan Krisis Kepercayaan diri Peserta Didik
Oleh: Ridwan Demmatadju
Ujian Nasional setingkat SMA di seluruh Indonesia telah diumumkan secara serentak pada (26/4). Berdasarkan data Depdiknas merilis prosentasi kelulusan tahun ini mengalami peningkatan menjadi 4 persen seluruh Indonesia.Termasuk SMA Negeri 1 Latambaga sebagai salah satu sekolah di Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara masuk dalam daftar yang mengecewakan hasil kelulusan siswanya. Dari beberapa item mata pelajaran yang diujikan dalan UAN Bidang Studi Bahasa dan Sastra Indonesia yang nilai rata-ratanya terjun bebas hingga pada kisaran angka 1,00. Jika dibandingkan dengan bidang studi lainnya.Inilakah potret buruk mutu pengajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Latambaga? Kegagalan siswa dalam UAN memang selalu dikaitkan dengan kinerja guru dalam mengajar, jika sebuah sekolah dengan prosentasi kelulusannya tidak sesuai dengan target, maka biasanya selalu ada pihak yang mencari siapa yang bertanggung jawab atas peristiwa kegagalan yang dialami siswa tersebut.Mulai dari Kepala Dinas Diknas, Kepala sekolah, sampai kepada guru yang mengajar di sekolah.Satu persatu ditelisik daftar dosanya yang menjadi penyebab ketidak lulusan siswa di sekolah.
Bahwa prestasi yang dicapai oleh para siswa nampaknya mengalami penurunan yang cukup signifikan,dari beberapa wilayah di Indonesia seperti Jogyakarta yang kita kenal sebagai kota pelajar justeru turun drastis tingkat kelulusannya. Sejumlah pengamat pendidikan dalam komentarnya di beberapa media cetak nasional menurunnya tingkat kelulusan ini disebabkan karena mereka jujur dalam melaksanakan UAN.
Boleh jadi, siswa peserta UAN 2010 mereka tidak dibantu dengan kiriman bocoran jawaban dari guru atau tim sukses yang memang sengaja dibentuk sekolah untuk bekerja mendongkrak siswa yang lemah potensi akademiknya.Sedangkan sekolah yang dinyatakan lulus seratus persen memang perlu dipertanyakan atau digugat? Apakah di dalam pelaksanaan UAN di sekolah yang pesertanya lulus seratus persen menerapkan prinsip kejujuran sebagai mana mascot UAN 2010. Ataukah memang siswanya yang memiliki tingkat kecerdasan yang merata sehingga bisa lulus tuntas satu sekolah.
Yang pasti fenomena UAN 2010 masih menyisahkan banyak pertanyaan di tengah masyarakat dan orang tua yang anaknya tidak lulus UAN tahun ini, atau bagi guru mata pelajaran yang jeblok nilai kelulusannya.Sebagai orang tua tentunya wajar jika merasa kecewa sekaligus menggugat pihak sekolah,mulai dari kepala sekolah, hingga guru sebagai operator kurikulum.Bahkan ada yang menggugat yang lebih jauh semisal orang tua yang menggugat Mendiknas lewat jalur hukum dan gugatan class action mereka dimenangkan di pengadilan tingkat pertama hingga Mahkamah Agung. Luar Biasa !
Sebagai guru bidang studi sekaligus koordinator mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA Negeri 1 Latambaga, untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia nilainya terjun bebas di angka satu koma sekian. Jika dilihat, dari sekitar seratus lebih peserta UAN nyaris 90 persen nilai Bahasa Indonesianya hancur-hancuran dan merata di semua kelas XII baik jurusan IPA dan IPS. Padahal dari prediksi awalnya nilai yang bisa diraih siswa, seharusnya tidak separah yang ada saat ini.Tentunya, dengan melihat beberapa indikator dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru Bahasa Indonesia dapat disimpulkan bahwa telah maksimal dan sesuai dengan prosedurnya.Jadi kalau guru yang mau dijadikan kambing hitam saya berpendapat tidak tepat tuduhan atau sangkaan itu dialamatkan oleh siapa pun dan dari pihak manapun.
Meski diakui bahwa sebagai sekolah yang baru dua kali melaksanakan UAN, dari sarana dan prasarana belajar di SMA Negeri 1 Latambaga tidaklah sebaik sarananya dengan sekolah lain yang ada di Kabupaten Kolaka, mulai dari ruang belajar, fasillitas laboratorium IPA,bahasa dan perpustakaan masih sangat jauh dari harapan peserta pebelajar di SMA negeri 1 Latambaga.Bagi Anda yang pernah menonton sekolahnya Lintang dalam Film Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata. SMA Negeri 1 Latambaga, sekolah yang berada di Kelurahan Kolakaasi,Kecamatan Latambaga,Kabupaten Kolaka,Sulawesi Tenggara ini kurang lebih mendekati itu, masih berlantai tanah.Kondisinya sangat memperihatinkan.Namun demikian semangat siswa untuk belajar di SMA Negeri 1 Latambaga tidak pernah surut dengan sarana yang begitu terbatas dan terkesan kurang mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten Kolaka yang dikenal cukup “kaya” dan berlimpah hasil pertambangan nikelnya.
Membongkar Praktik Mafia UAN 2010
Dengan anjloknya prestasi kelulusan peserta UAN 2010 di SMA Negeri 1 Latambaga,paling tidak ada beberapa hikmah yang dapat dijadikan pelajaran bagi semua pihak yang berkepentingan dengan dunia pendidikan kita di Kabupaten Kolaka, tanpa harus mencari stigma buruk siapa yang jadi tumbal, kambing hitam,biang kerok kegagalan yang di alami peserta UAN di SMA Negerri 1 Latambaga.Karena tidak akan pernah menyelesaikan subtansi dari persoalan pendidikan di Kabupaten Kolaka secara khusus dan di Indonesia secara lebih luas.
Dari hasil pengumpulan data dan fakta terkait ambruknya nilai mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di UAN 2010 ini, terungkap dari beberapa pengakuan peserta UAN di SMA Negeri 1 Latambaga, mereka rupanya menerima kiriman lewat SMS berisi jawaban dari oknum guru yang telah menjanjikan jawaban pada saat UAN berlangsung.Tentunya, tidak gratis kiriman jawaban via hp oknum guru ke hp siswa itu.Peserta UAN di beberapa sekolah di Kabupaten Kolaka, termasuk siswa di SMA Negeri 1 Latambaga, mengakui diminta untuk membayar sejumlah uang kepada oknum guru tersebut.Jadinya sangat ironis, karena faktanya siswa yang menerima kiriman jawaban dari oknum guru ini semuanya dinyatakan tidak lulus berdasarkan hasil pengumuman UAN 2010 pada tanggal (26/4) lalu.Boleh jadi peserta UAN yang telah bersepakat dengan “kejahatan pendidikan” dengan oknum guru tersebut, mereka menerima kiriman jawaban yang spekulatif dan tidak sesuai dengan soal UAN 2010. Modus kejahata mafia UAN ini, memang sangat berbahaya jika dibiarkan tanpa upaya pencegahan dan penelusuran untuk mencari pelakunya kemudian diberikan tindakan tegas dari pihak Diknas bekerja sama dengan aparat hukum,karena telah melakukan pelanggaran Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dan merusak moral generasi penerus bangsa ini.
Praktik mafia UAN 2010 ini, dilakukan dengan cara terselubung dan terbilang berani, praktik ini bisa berlangsung aman dengan berlindung dibalik kegiatan sosialisasi “bimbingan belajar” yang ilegal dan tidak memiliki reputasi yang baik. Dengan demikian oknum guru yang menjadi mafia UAN ini bebas berpraktik di setiap musim UAN tanpa harus dicurigai oleh siapa pun juga.Bahkan, dari pengakuan siswa di SMA Negeri 1 Latambaga yang merasa terjebak dengan praktik mafia UAN ini, mengatakan bahwa mereka melakukan pertemuan hingga 3 kali di salah satu rumah siswa untuk membicarakan teknis pengiriman sekaligus membicarakan kesepakatan besaran pembayaran atas kiriman jawaban vis sms diterima oleh peserta UAN.
Dari fakta ini menunjukkan adanya kelemahan dari pengawas UAN 2010 yang terkesan membiarkan peserta UAN membawa masuk handphone ke dalam ruang ujian.Padahal, semestinya di dalam peraturan UAN tidak dibenarkan peserta membawa handphone pada saat ujian sementara berlangsung. Lalu,apa yang diawasi pengawas yang terdiri dari unsur perguruan tinggi, sebagai pemantau independen,termasuk unsur dari kepolisian. Dengan demikian fakta ini sejalan dengan temuan dari hasil monitoring dan pelaporan pelaksananaan UAN 2010 di Kabupaten Kolaka yang dilakukan oleh LSM Peduli Pendidikan di beberapa sekolah di Kabupaten Kolaka, nampaknya pengawasan UAN 2010 tahun ini tidak berjalan efektif dan sesuai dengan prosedurnya.
Krisis Kepercayaan Terdahadap Potensi Diri
Selain itu, terdapat kesalahan yang dilakukan tanpa sadar oleh peserta UAN 2010, sehingga mereka harus menerima kenyataan pahit dengan hasil UAN yang ambruk. Sebagai peserta peserta didik semestinya mereka menyadari bahwa selama 3 tahun lamanya waktu yang dihabiskan untuk belajar tuntas untuk menggali potensi dirinya dengan mendapatkan kompetensi pengetahuan melalui sejumlah mata pelajaran,rupanya harus berujung pada kegagalan.Ini akibat dari krisis kepercayaan siswa terhadap potensi diri sendiri, mereka yang lebih banyak berharap dibantu pihak lain, untuk menang berkompetisi dalam ujian,bahkan dengan segala modus kecurangan sekalipun dapat dijumpai dalam pelaksanaan ujian mulai dari mid semester,try out, hingga UAN.Praktik curang, menjadi biasa bagi peserta didik dalam ujian di sekolah dan juga dianggap sepele, oleh sebagian guru di sekolah, setidaknya menjadi penyebab lemahnya kepercayan diri (self confidence)dari peserta didik yang terbangun di sekolah.Memang, ini jadi soal yang rumit untuk dibicarakan, kecurangan dalam ujian di sekolah rupanya juga telah bias kemana-mana,sekaligus jadi tradisi di hampir semua lini kehidupan di negeri ini.Makanya, tak heran jika hari ini korupsi sebagai bagian dari praktik curang menjadi wacana dominan di media hari ini.Inilah dampak luar biasa yang ditimbulkan dari hasil praktik curang dalam proses penilaian pengajaran di sekolah.
Setidaknya diperlukan perubahan secara total di dalam sistem pengajaran di kelas untuk mencapai tujuan pendidikan yang menghasilkan lulusan yang tak hanya memiliki kompetensi pengetahuan, tetapi harus diutamakan juga adalah pencapaian nilai kejujuran dan kepercayaan diri yang kuat.Dengan demikian kemandirian sebagai tujuan proses belajar itu sendiri, bisa didapatkan oleh peserta didik setelah menjalani proses belajar mengajar di sekolah. Dan, salah satunya jalan adalah dengan memulai dari sekarang untuk menerapkan prinsip kejujuran di atas segalanya secara tegas dan obyektif meski diakui hal ini tidaklah mudah untuk diterapkan,bahkan tidak sedikit tantangan pun datangnya justeru dari dalam manajemen sekolah itu sendiri yang terasa berat hati untuk menerapkan jalan kejujuran ini dengan alasan yang sulit diterima akal sehat.Inilah sebagian kecil kompleksitas dunia pendidikan kita yang tak nampak dipermukaan ketika mempersoalkan kambing hitam bernama UAN.Sejatinya masih sangat banyak soal yang menjadi lingkaran setan dalam dunia pendidikan kita hari ini.
Penulis adalah Dosen luar biasa di Universitas 19 November (USN) Kolaka dan guru Bahasa dan Sastra Indonesia, SMA Negeri 1 Latambaga

Tidak ada komentar: