Kamis, 28 Agustus 2008

KRISIS BBM PENGECER BENSIN MENJAMUR

Sejak dinaikkannya harga Bahan Bakar Minya (BBM) oleh Pemerintah Pusat, nampaknya kelangkaan BBM semua jenis semakin dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia tak terkecuali masyarakat di Kabupaten Kolaka. Kelangkaan BBM ini dipicu oleh disparitas harga yang cukup menggiurkan keuntungan yang dapat diraup oleh oknum-oknum petugas di Kolaka. Dan tak hanya oknum petugas yang mulai bermain minyak. Masyarakat di sekitar SPBU yang ada di Kolaka juga melihat peluang keuntungan itu dan mereka kini yang menguasai antrian panjang BBM di SPBU di Kabupaten Kolaka.

Kendati pihak Pemerintah Kabupaten Kolaka melalui Dinas Pertambangan Kabupaten Kolaka telah melakukan penertiban dan pengawasan secara langsung di semua SPBU di Kolaka, nampaknya ulah nakal dari spekulan BBM ini tak bergeming dengan tindakan petugas Satpol PP yang sengaja diturunkan oleh Pemkab Kolaka. Bahkan rapat dengan sejumlah pihak terkait dengan distribusi BBM di Kolaka dengan mengundang MUSPIDA Kolaka juga telah disepakati bahwa pihak SPBU tidak dibenarkan melayani jerigen. Namun pada kenyataannya di SPBU di Kelurahan Kolakaasi, secara terbuka pihak petugas SPBU tetapi melayani spekulan BBM tersebut dengan dalih yang tidak rasional.

Pantauan jurnalis Perintis Nusantara, Kamis (28/8) di lokasi SPBU Kolakaasi terlihat petugas dari Dinas Pertambangan dibantu dengan aparat Pol PP Kolaka tidak dapat berbuat banyak. Bahkan, ketika jurnalis Perintis Nusantara mengambil gambar ulah mereka yang cukup meresahkan konsumen ini terkesan menghalang-halangi tugas peliputan ini. Salah seorang spekulan BBM ini mengatakan bahwa kegiatan ini mendapat izin dari Dinas Pertambangan Kolaka, tetapi setelah diminta untuk memperlihatkan surat izin dari dinas pertambangan Kolaka. Spekulan BBM ini tidak dapat menunjukkan surat izin dimaksud.

Salah seorang sopir mobil angkutan penumpang dalam kota Kolaka mengungkapkan kekesalannya dengan begitu banyaknya spekulan BBM yang membeli BBM jenis premium di SPBU Kolakaasi ini.’’ Seharus pihak SPBU Kolakaasi ini tidak melayani mereka, karena merekalah biang kelangkaan BBM di Kolaka. Mereka sengaja membeli dengan jerigen dengan harga Rp.7000-8000. Kemudian mereka menjualnya dengan harga Rp 10.000/botol. Jadi bisa dibayangkan keuntungan yang mereka dapatkan,’’ ungkap sopir yang enggan ditulis identitasnya kepada Perintis Nusantara.

Selain kelangkaan jenis premium, rupanya jenis solar juga mengalami kondisi yang sama. Dari hasil penelusuran jurnalis di sejumlah SPBU di Kolaka. Kelangkaan BBM jenis solar ini juga ditenggarai adanya sejumlah oknum petugas dan pengusaha nakal yang sengaja menampung BBM untuk di jual kepada pihak perusahaan di Pomalaa, utamanya perusahaan yang bergerak di industri pertambangan. Modusnyapun nyaris sama dengan spekulan BBM jenis premium di beberapa SPBU di Kolaka. Mereka membeli dengan menggunakan mobil dengan tangki yang sudah direkayasa agar dapat menampung bahan baker dengan jumlah besar.Dan dilakukan secara berulang hingga 5 kali dalam beberapa jam saja. Setelah itu, mereka menampungnya di sebuah tempat yang tersembunyi dengan wadah drum. Pihak kepolisian Kolaka telah menangkap pengusaha BBM dan spekulan dengan sejumlah barang bukti berupa ratusan ton drum yang kini telah diamankan di Mapolres Kolaka dan di Kantor Kejaksaan Negeri Kolaka. Namun ada kejanggalan yang terlihat hari ini, tersangkanya masih bebas berkeliaran di Kolaka.

Pengamatan Koran ini, di Kolaka saat ini telah menjamur pengecer bensin di sepanjang jalan Kota Kolaka. Dampak dari kenaikan BBM di Kolaka telah menimbulkan kemacetan roda perekonomian secara mikro.’’ Saya melihat kelangkaan BBM di Kolaka telah melemahkan potensi ekonomi masyarakat di Kolaka, masyarakat Kolaka saat ini terpukul dengan kelangkaan BBM,’’ ujar pedagang kaki lima di Kolaka.


Tidak ada komentar: